A.
Pendahuluan
Saya adalah seorang guru, di sebuah daerah yang terkenal
sebagai daerah wisata. Cipanas. Karena itu
berarti , setiap hari saya selalu bergaul dengan siswa, baik di kelas maupun di luar kelas selain
dengan rekan kerja tentunya.
Sebagai serang guru, sayapun tak lepas dengan segala
rutinitas pekerjaan. Apakah itu membuat perencanaan mengajar, melaksanakan ,
menilai, memeriksa pekerjaan siswa, ataupun tugas tambahan lainnya semisal
ekstrakurikuler dan tugas tambahan lainnnya. Selain mengajar, sekolah
memberikan tugas tambahan sebagai bagian kurikulum dan mengelola Program LPMP
yaitu PAMS. Sebuah Program Akselarasi Mutu Pendidikan.

Semua aktivitas tersebut , saya jadikan lahan ide saya
untuk menulis. Apakah siswa, rekan, aktivitasnya, semuannya menjadikan sumber
ide saya tidak pernah kering. Semua ide
itu saya tulis melalui blog, facebook yang kemudian semua tulisan itu saya
pilih dan saya bukukan, dan buku pertama saya adalah “Mencoba menjadi guru kreatif” dengan penerbit Peniti Media
milik Thamrin Sonata
Ternyata kegiatan saya menulis ini,
saya rasakan begitu dasyat mamfaatnya. Selain hobby saya tersalurkan.
Saya jadi banyak mengenal orang yang berkecimpung dengan dunia penulisan. Ada
Wijaya Kusuma yang akrab disebut om Jay tokoh guru sejuta ngeblog. Ada Namin AB
tokoh Trainer motivasi, Dedy Dwitagama dan Idris Apandi Widyaswara dari LPMP
yang juga sebagai trainer penulisan.
Dari Pak
Idris Apandi inilah saya mendapatkan sebuah pengalaman baru yaitu menjadi
pembicara di Workshop yang beliau adakan “Menulis
Artikel dan Menerbitkan Buku” yang diselenggarakan oleh Yayasan
Pendidikan Islam “DARUL QOMAR AL –MADANI”.
Beliau
mengundang saya untuk berbagi pengalaman kepada peserta workshop bagaimana
seorang guru yang sibuk utamanya
mengajar namun masih sempat menulis dan menceritakan bagaimana trik dan
kedasyatan menulis yang saya rasakan, juga dapat dirasakan oleh yang lainnnya.Jadi
kalau saat ini pemerintah menggalakkan budaya literasi di dunia pendidikan
khususnya siswa dan guru, bagi saya bukan hal yang berat dan baru. Justru saya
seperti mendapat teman-teman yang memiliki passion yang sama.
A.
Bermula dari Sebuah Impian
Pengantar dari Penulis
“Teacher`Diary“ adalah kumpulan tulisan saya di Blog yang saya miliki.
Tulisan itu saya bukukan karena saya berpikir kalau ingin
membaca ulang saya harus membuka internet dan masuk ke akun Blog.
Ah rasanya ribet dan tidak praktis. Lalu muncul ide, tidak ada salahnya
dikumpulkan dan saya jilid menjadi sebuah buku. Siapa tahu juga akan bermamfaat dan menginpirasi yang
lain, terutama rekan guru.
“Buku” itulah impian saya. Walaupun seperti cita-cita
yang sangat muluk.namun saya yakin tidak ada yang tidak mungkin di dunia ini,
kalau Allah menghendaki jadi maka jadilah. Minimal buku itu saya sendiri yang
mencetaknya, saya sendiri sebagai konsumennnya. Paling tidak sebagai bacaan
kelak anak-anak dan cucu saya. Syukur-
syukur ada rekan -rekan
yang mau baca kalau tidak, itupun minimal menjadi bacaan saya sendiri dan
itulah salah satu cara bagaimana saya
mengisi hari -hari
saya selain kegiatan yang rutinitas menjadi seorang guru, menjadi seorang mama
dan tentunya menjadi seorang istri.
Terkadang muncul sebuah pertanyaan di dasar hati
“Apakah
pantas seorang wanita usia 51 masih sibuk dengan menulis di facebook atau di
blog? Yang seharusnya sudah mulai mempersiapkan diri bagaimana menjadi manusia
yang selallu beribadah kepada-NYA?
Dengan pertanyaan itu bukannnya saya menjadi berhenti
menulis, namun pertanyaan itu menjadi teguran setiap saya menulis untuk
berhubungan dengan Sang Khalik lebih baik lagi, dan masalah menulis agar tidak
menjadi perbuatan yang sia sia, saya luruskan niat, semoga tulisan-tulisan yang sangat sederhana ini
bisa menginspirasi orang lain. Minimal anak dan siswa-siswa. Semoga Alllah
mengampuni kesalahan-kesalahan
saya
Saya yakin keinginan untuk menulis adalah anugerah yang
diberikan Allah dan itu harus disyukuri, caranya dengan menulis sesuatu yang
tidak keluar dari koridor nilai-nilai terutama nilai agama. Bahan yang saya tulis adalah, yang akrab dengan saya
yaitu keluarga ataupun siswa-siswa
yang saya ajar. Merekalah inspirasi dan
ladang ide saya. Dan akhirnya, saya bahagia, dengan kegiatan ini, dan lebih
bahagia lagi ketika membaca buku yang
saya tulis sendiri.
Landbow,
14 Nopember 2013
Jam
. 8.55`

B.
Catatan Harian
Sejak SMP saya memang memiliki kegemaran
menulis. Menulis di buku catatan harian. Ternyata kesenangan ini terus
berlanjut sampai saya menikah dan menjadi seorang guru. Kesibukan saya sebagai
istri dan guru tidak menjadikan saya berhenti untuk menulis. Saya terus saja
menulis hanya bedanya, dulu saya menulis
di catatan harian kini sesuai dengan perkembangan tehnologi informatika dan
Komunikasi, saya menulis di laptop yang
kemudian setelah mengenal adanya media sosial semacam facebook, blog, tulisan
saya beralih ke media sosial termasuk blog keroyokan KOMPASIANA
C.
Merekalah Ladang Ide Saya
Mereka yang dimaksud adalah, keluarga,
siswa, rekan-rekan kerja di mana saya bekerja. Mereka terutama siswa-siswa saya
merupakan sumber tulisan yang tiada habisnya. Saya tulis apa yang saya dengar,
saya lihat dan saya rasakan. Saya menulis apa yang memang saya kuasai dan saya
pahami dan saya lakukan. Karena saya guru, maka kegiatan sekolah menjadi titik
sentral tulisan saya. Oleh karena itu blog pribadi saya pun bernama “Teacher’s
diary” dan “Catatan Bunda”.
D. Tulisan Menginspirasi
Walaupun saya memiliki keyakinan tulislah dari hati.
Menulis apa yang dilihat, didengar dan dirasakan sekecil apapun, namun saya membatasi diri dan ini merupakan
etika yang saya kedepankan yaitu, saya tidak akan menulis yang mengandung
semacam keluhan, rengekan apalagi masalah keluarga. Sebisa mugkin saya menulis
dengan tujuan tulisan saya bisa menginspirasi. Minimal tulisan itu beraura
positip, sehingga tidak menjadikan saya
menjadi lemah dan cengeng, namun menjadikan saya untuk lebih banyak bersyukur.
Bersyukur setelah saya menulis dan membacanya karena Nikmat Allah yang tiada
bisa kita hitung banyaknya. Seperti yang pernah saya
tulis di salah satu tulisan
”Untuk itu kuluruskan niat
menulis. Aku jadikan ini lahanku untuk bertafakur, untuk menghayati, merasakan, betapa Rahman dan Rahimnnya
Allah, betapa Karunia Allah begitu besar, tak terhitung Nikmat Tuhan kamu yang manakah
yang kamu dustakan?”.
E.
Waktu-Waktu Menulis
Waktu-waktu yang biasanya saya menulis adalah dini hari.
Saat saya setelah melaksanakan sholat malam. Ada memang yang mengAtakan
“menulislah sebelum tidur”. Tetapi untuk saya, menulis malam mata saya terasa capai dan badan
juga lelah setelah seharian bekerja di sekolah dan dan juga di rumah. Olah
karena itu waktu dini adalah waktu di
mana pkiran dan badan saya sudah segar kembali. Saat di mana suasana begitu
hening, hanya sesekali terdengar bunyi tiang listrik dipukul oleh petugas
ronda. saya ketik kata-demi kata di keybord dengan bantuan foto-foto yang saya
hasilkan tadi siang di sekolah
Namun itu bukan merupakan sebuah hal yang baku. Saatnya
saya memiliki ide dan ingin menulis ya menulis. Bilamana perlu menulis di mobil.
Banyak tulisan saya yang saya tulis saat sedang berada di perjalanan, sehingga
kemanapun pergi tab tidak pernah
ditinggalkan karena terkadang ide muncul begitu saja dan mendorong saya untuk
menulis.
F.
Mengajar dan Tugas Tambahan Bukan Halangan Untuk Menuis
Saat ini di sekolah, selain mengajar 24 jam juga menjabat sebagai
Kurukulum dan koodinator kegiatan LPMP yang berupa Program Akselerasi Mutu
Sekolah (PAMS), sehingga bisa dibayangkan bagaimana saya bisa menulis dan
konsen kepada kedua kegiatan tersebut. Penulisan di satu sisi, tugas mengajar
dan tugas tambahan di sisi lainnnya.
Namun berdasarkan pengalaman kegiatan tersebut justru mendukung satu
sama lainnnya. Kegiatan-kegiatan tersebut menjadi ladang ide untuk menulis.
Mengajar contohnya. Banyak tulisan saya yang berkaitan
dengan pembelajaran, saat ada siswa yang remedial, saat pembagian kelompok, saat pembelajaran dengan
penerapan beberapa metode. Itu semua bisa menjadi bahan tulisan. Tentunya saya
tidak menulis di kelas. Cukup idenya saya foto, kemudian saya tulis saat ada waktu senggang atau saat waktu
pagi di mana biasa saya menulis. Oleh karena itu, ketika saya mengajar saya
sering mengabadikannnya. Bertolak belakang dengan penggunaan sms dan telp yang
sering tidak saya gunakan saat saya mengajar. Yang saya gunakan hanya aplikasi
kamare di tab. Karena ide itu sering muncul tak terduga.
Begitupula dengan tugas tambahan lainnnyan. Sering
kegiatan sekolah semacam PAMS, Workshop,
IHT menjadi bahan tulisan saya.
G.
Pentingnya Membaca Bagi Seorang Penulis
Biasanya seseorang yang senang menulis itu berbanding
lurus dengan kegemaran membaca. Rasanya mustahil seseorang yang senang menulis
tapi tampa membaca. Pasti tulisannya kering tak bermakna, tak bertujuan dan
tidak memuat hal-hal yang bisa diambil pelajaran oleh yang membacanya. Pasti
tulisannnya hanya sebatas curhat dan melampiaskan emosi saja.
Oleh karena itu. Minimal dalam satu
bulan saya memaksakan untuk membeli satu . Alhamdulillah ada banyak buku yang
saya miliki. Diantaranya “Gurunya manusia”
dan Guadian Angel karangan Munif Chatib, “Quantum teaching/ Learning” karangan
Bobby Deporter dkk, “7 keajaiban Rejeki, percepatan Rezeki”, “13 wasiat
terlarang”, “Hanya 2 Menit anda bisa tahu potensi rezaki anda”, “Magnet Rezeki”,
yang kesemuanya karangan Ippo Santosa. Dan lima buah buku karangan Idris Apandi
seperti “Revolusi Mental Berbasis Pendidikan Karakter”, “Saya Guru Saya Bisa
Menulis”, “Membaca Ayat-ayat Kehidupan”, “Pendidikan Indonesia Mau Dibawa ke
Mana?” Serta “Jalan Menuju Guru Mulia Guru Yang Berkarya”. Atau yang berbentuk
novel semisal “Negeri 5 Menara” dan “Ranah tiga Warna” karangan A. Fuadi. Untuk yang berbentuk Otobiografi semisal “Soeharto
Pikiran, Ucapan, da Tindakan Saya” Serta lainnnya yang tidak mungkin saya
sebutkan. Namun yang jelas karena saya seorang guru maka buku-buku yang saya
miliki memang berbicara banyak tentang dunia penddidikan
H.
Mengapa Saya Menulis
Kalau saya ditanya mengapa saya menulis. Jawabannnya
sederhana, karena saya senang. Dan lebih dari itu saya ingin menginspirasi
orang lain tampa orang lain itu merasa digurui. oleh karena itu setiap ada
pertanyaan apa impian saya, maka jawaban saya selalu ingin menginspirasi lewat
tulisan (Buku) semoga saja ini menjadi ladang amal saya. Menjadi manusia yang
bermamfaat. Oleh karena itu saat guru ngaji saya menginginkan kami menjadi
pendakwah saya katakan, saya ingin
mengajak kebaikan melalui tulisan, karena kalau menjadi pendakwah rasanya berat
sekali, mental saya belum siap.
Melalui tulisan saya ingin menumpahkan
rasa syukur saya seperti yang saya tulis dalam sebuah bagian tulisan saya
“Untuk
itu kuluruskan niat menulis. Aku jadikan ini lahanku untuk bertafakur, untuk
menghayati, merasakan, betapa Rahman dan Rahimnnya Allah, betapa Karunia Allah
begitu besar, tak terhitung Nikmat Tuhan kamu yang manakah yang kamu dustakan”
I.
Mengembangkan Diri Melalui Pelatihan


.
J.
Newsletter, Blog dan Facebook Media untuk menuangkan
Tulisan

K.
Network
Untuk lebih berkembang bidang yang saya tekuni, saya harus masuk ke sebuah komunitas,
komunitas yang sejalan dengan Passion saya,
harus bergaul dengan orang –orang yang se passion oleh karena itu saya
mulai mengembangkan jalinan pertemanan dan hubungan (Network). Langkah yang
saya ambil salah satunya saya mencoba menawarkan diri menjadi fasilitator untuk
Pelatihan Guru Nge Blog #8 yang bertempat di SMPN 1 Cipanas.
Pelatihan yang diselenggarakan oleh KSGN ini dihadiri
oleh sekitar 30 guru yang berasal dari sekitar Cianjur Cipanas, Cimahi, Bogor,
Banjar. Dan bisa anda bayangan mamfaat apa yang bisa saya petik. Saya bisa
bergaul dengan motivator –motivator penulisan, saya bisa menjalin silahturahmi
dengan guru dari berbagai daerah.
L.
Selalu Menimba Ilmu
Kata siapa Menulis tidak memerlukan ilmu? Justru kita
harus banyak menimba ilmu bagaimana cara-cara
menulis yang baik. Seperti yang saya tulis ini. Ini merupakan ilmu yang pernah
saya dapat pada saat pengarang A Fuadi memperesentasikan bagaimana dia menulis.
Beliau memulai presentasinya dengan 5 W 1 H. Dan ternyata saat saya praktekan
ini sangat membantu. Tentunya dengan isi yang berbeda.
M.
Menjajaki Kemampuan melalui Lomba

N.
Proses menjadi Buku
Akhirnya dengan proses yang dijalani saya bisa
menghasilkan sebuah buku. Yang diawali dengan buku keroyokan dengan judul Guru
Kreatif di era Digital yang mana dengan buku ini memotivasi untuk memiliki buku
yang khusus karangan sendiri. Langkah yang saya ambil pertama-tama saya
menginfentarisir tulisan yang ada diblog dan facebook yang banyak pembacanya.
Kemudian setelah saya kumpulkan menjadi satu, saya hubungi penerbit indi.
O.
Kedasyatan Menulis yang saya Dapat
Ternyata dengan menulis banyak kedasyatan yang saya dapatkan.
Diantaranya
1. Saya banyak menjalin silahturahmi dengan beberapa penulis
2. Dengan saya menulis, sekolah di mana saya mengajar
mempercayakan saya untuk menulis kegiatan LPMP dalam PAMS nya dalam bentuk
Newsletter. Berawal dari sana, saya akhirnya dipercaya untuk mengkordinator
PAMS yang akhirnya saat PAMS Ada kegiatan ke Singapura dan Batam saya juga ikut
serta. Itu artinya secara langsung maupun tidak langsung akibat dari kegiatan
menulis.
3. Saya mengembangkan diri melalui jalur yang saya senangi.
Hobby sambil mengembangkan diri.
4. alhamduillah akhinya menjadi tamu pembicara pada worshop dan pelatihan. di bulan Desember ini sayapun diminta untuk pembicara pada Teacher Writing Camp sebagai tamu pembicara dari alumni
5. Terakhir saya berusaha mensyukuri apa yang diberikan oleh
Allah.
Semoga
apa yang saya paparkan bisa menjadi inspirasi dan motivasi kepada pembaca
terutama yang memiliki karir yang sama sebagai GURU. sehingga muncul sebuah
energi untuk terus menulis dan akhirnya memiliki buku karangan sendiri.
Walaupun kesibukan sebagai pengajar yang kita tahu tidaklah ringan. Saya jadi
ingat pesan Dr H Wakhudin dosen /humas UPI kepada kurang lebih dua ratus
guru peserta pelatihan jurnalistik
tingkat propinsi 20 sampai dengan 22 Mei 2014 di Lembang Bandung yang
mengatakan ‘GURU JADILAH PENULIS MABRUR” saat memberikan presentasinya.