Jujur saja saat saat memutuskan untuk mengikuti twc 3 (teacher writing camp
3) terdorong karena pertema saya ingin berkenalan dengan Om Jay yang di juluki
guru paling ngeblog. Kedua ingin jumpa dengan mba Dita yang salah satu tulisan
di blognya tentang surat untuk guru sejarahnya sangat saya sukai. dan ketiga SAYA
INGIN JUMPA DENGAN PENGARANG BUKU 5 MENARA yang best seller itu.
Namun ketika tiba hari H nya saya dibuat penasaran, saat saya membaca
rancangan susunan acaranya. SEBUAH SUSUNAN ACARA yang menjanjikan pikir saya.
Ada motivasi menulis di media, ada motivasi menulis cerita fiksi, ada sharing
pengalaman menulis di media dari kompasiana, praktek menulis opini film , Speed
Reading dan Memory Management, Tehnik menerbitkan bku sendiri,serta creative
Writing. dan Pelaksanaannnya apakah sekeren dengan di acara? itulah pertanyaan
saya ketika saya masuki ruang pelatihan yang disambut dengan guyonan om Jay
yang intinya kalau kita duduk di depan itu bisa mempengaruhis ebuah prestasi.
(Maaf om kalau saya salah mengartikan)
Pertanyaan pertanyaan saya mulai terjawab saat tiga orang peraih guraru A Word
yaitu pak Sukani, Pak Rudi dan bu Mugi bercerita tentang keberhasilan mereka.
semangat ingin mengembangkan diri mulai merasuki saya"MENULIS, MENULIS,
DAN MENULIS " Ucap pak Sukani memberikan motivasi uuntuk menulis itu sambil
gayanya yang sedikit humoris dan dengan dialek jawa yang kental. ditambah
wajahnya yang mirip Jokowi gubernur DKI membawa daya tarik tersendiri. Kalau
Pak sukani memiliki jargon Menulis, menulis dan menulis lain halnya dengan pak
Rudi, dia menyampaikan bahwa menulis seperti kita naik sepeda harus berlatih
dan beberapa tip lainnnya dalam menulis seperti kita harus aktif menulis, dan
berorientasi pada hasil karya, menulis dengan konsisten, gunakan imajinasi, dan
ada keberanian untuk berkarya dan terakhir MENULIS DENGAN CINTA. Sedangkan bu
Mugi memberi sebuah Tip menulislah dari hal yang BIASA, karena mungkin bagi
orang itu LUAR BIASA. Hm sebuah presentasi yang betul betul aplikatif.
|
Menulis, menulis dan Menulis Pak Sukani pemenang guraru award yang inspiratif |
|
" saya memulai menulis novel ini dari sebuah catatn harian " kata Bnag Ahmad Fuadi |
Pada sesi kedua, Saatnya Mas A. Fuad, dengan kemeja berwarna putih tulang dan
potongan rambut yang tidak berubah dia ceritakan awak mula dia menulis adalah
dari sebuah catatan harian. Yang menarik dari apa yang disampaikannya ada
sebuah pembelajaran bahwa sekecil apapun data kalau kita simpan dengan baik
sekali waktu itu akan besar mamfaatnya, karena menulis juga memerlukan sebuah
data sekalipun itu sebuah novel dan itu sudah dia buktikan.
Ada yang menarik dan bagi saya merupakan hal yang baru yaitu sebuah kalimat
yang dia ucapkan yang artinya kira kira Menulis lebih tajam dari pada senjata
api. Hanya dengan berbekal sebuah pena, selembar kertas, dan sebongkah hati
modalnya berapa banyak yang terhujam oleh tulisan kita, serta mampu menembus
llintas benua, waktu, dan geografi . Lagi lagi sebuah pengalaman yang mampu
menaikan motivasi saya yang memang dari sesi pertama sudah mulai berenergi diam
diam hati saya menaruh kekaguman khususnya pada panitia.
|
tak pernah terbayangkan akan berfoto bersama penulis negeri 5 Menara, , Ranah 3 Warna, dan Merantau |
Hari petama twc 3 ditutup dengan materi Praktek Menulis Opini Film dengan
nara sumber Dhitta Puti Sarasvati. Sama dengan terdahulunya, mba Dhitta dengan
ciri khasnya mampu membuat peserta yang kurang lebih 40 orang tidak menurun
semangatnya. Apakah karena kami melakukan hal yang disenangi yaitu penulisan ?
dan Mba dhitta menutup acaranya sekaligus mengakhiri twc hari pertama dengan
sebuah tawaran menonton Film. Dan karena ajakan ini adanya malam hari maka ini
bonus bagi kami peserta yang menginap di Wisma UNJ tempat di mana kami
mengikuti pelatihan.
|
Mba Dihtta penulis opini, memperhatikan beberapa Film yang bagus |
|
lagi lagi seprti mimpi bisa bertemu Mba Dhitta yang awalnya ku kenal sebatas di media Sosial Kompasiana |
pengalaman yang seru...pengen juga ketemu penulis buku 5 menara, gak cuma baca tulisnnya doang
BalasHapusMba Enci, iya mba, pokoknya seperti mimpi saya bertemu dengan mas Fuadi, dan uatmanya ilmunya itu lho, semoga mba juga suatu saat bisa jumpa dengannnya
BalasHapusHai Ibu Atjih. Wah senang sekali membaca tulisan ibu tentang TWC 3. Btw, pendapat Mas A. Fuad bahwa menulis lebih tajam dari senjata api ada benarnya. Kenapa Pramudya Ananta Toer dulu dipenjara? Salah satu penyebabnya tentu karena tulisannya dianggap mengancam kekuasaan pada saat itu. Bahkan di dalam tahanan dia sempat dilarang untuk menulis. Kenapa harus dilarang menulis? Menurut saya ada hubungannya dengan pendapat Mas A. Fuad tersebut. Pena itu bisa jadi senjata yang sangat ampuh untuk 'berperang'.
BalasHapusmakasih mba sudah sudi mampir di blog saya yang masih belajar, ya mba menulis bisa dijadikan senjata yang ampuh, karena saya sebalamagai pendidik maka menulsi bisa digunakan sebagai senjata saya memotivasi siswa siswa saya ntuk berbagi lewat tulisan, dan juga semoga tulisan saya bisa menjadi motivasi mereka. s
BalasHapus