Kuhapus dan kuhapus lagi ketikan
di laptopku. Semua kata yang kurangkai terasa seperti semuanya SALAH.
Akhirnya yang ada, fileku kosong tak ada satu hurufpun. Kulirik Bu
Etna peserta TWC dari Surabaya yang ada di sebelah tempat
tidurku . Dengan asyiiknya dia menulis.
“ Saya ingin menulis Cerpen “
ujarnya berulang ulang. Ah tiba tiba saja terasa ideku muncul.
“ Menulis, menulis, menulis” kata
kata pak Sukani tadi pagi saat perentasi di TWC 3 ternging ngiang kembali ditelingaku yang bergantian
dengan kata kata Bu Mugi ‘ Menulislah dari yang kecil dan biasa karena dari
yang biasa mungkin bagi orang jadi luar biasa” .
Dua orang yang aku sebut
terakhir adalah pemenang guraru yang menjadi nara sumber dalam Techer Writing
Camp 3. Ya mengapa aku harus mencari ide jauh jauh didekatku ide itu begitu
tampak jelas. Walaupun mungkin tulisanku seperti catatan harian, namun bukankah
A. Fuadi pengarang novel 5 Menara memulai karirnya menulis diawali dari catatan
harian ? ya aku mulai menulis dari sini.
Bu Etna, terima kasih , ibu telah
mencairkan kebuntuanku untuk memilih kata untuk kujadikan sebuah tulisan.
Melihat ibu menulis dengan antengnya di tempat kita punya kamar penginapan pada
TWC INI, rasa minder yang SEJAK AWAL KEDATANGAN DI Wisma UNJ berangsur berganti
dengan sebuah energy. Ya kalau kata A. Fuadi sebelum kita menulis mulailah
dengan WHY. Karena Why ini menjadi sebuah energy kita untuk menulis. Mengapa
kita menulis?
Kembai kuamati bu Etna, tulisannnya
sudah begitu amat panjang, Entah apa yang ditulisnya.
“ Saya Ingin bisa menulis
cerpen di hari hari pensiun saya” kata katanya kembali ternging ditelinga
saya dan mengapa aku harus minder dengan usiaku yang hanya baru diatas sekian
dari lima puluh, sedangkan dia ? jauh melebihi dimana aku punya usia. Bukankah
tulisan itu menembus ruang dan waktu? Tak kenal usia muda ataupun tua? Karena
menulis adalah lahan seninya hati. ya aku jadi ingat aku pernah menulis tentang
kegalauan akan usiaku berkenaan dengan kesenangan aku punya hobby menulis
“ apakah pantas seorang wanita usia 51
masih sibuk dengan menulis di facebook atau di blog? Yang seharusnya sudah
mulai mempersiapkan diri bagaimana menjadi manusia yang selallu beribadah
kepada-NYA?
Dengan pertanyaan itu bukannnya saya
menjadi berhenti menulis, namun pertanyaan itu menjadi teguran setiap saya
menulis untuk berhubungan dengan Sang Khalik lebih baik lagi, dan masalah
menulis agar tidak menjadi perbuatan yang sia sia, saya luruskan niat,
semoga tulisan tulisan yang sangat sederhana ini bisa menginspirasi orang
lain. Minimal anak dan siswa-siswa. Semoga Alllah mengampuni kesalahan
kesalahan saya
Saya yakin keinginan untuk menulis
adalah anugerah yang diberikan Allah dan itu harus disyukuri, caranya dengan
menulis sesuatu yang tidak keluar dari koridor nilai-nilai terutama nilai
agama. Bahan yang saya tulis adalah yang akrab dengan saya yaitu keluarga
ataupun siswa siswa yang saya ajar. Merekalah inspirasi dan ladang ide
saya. Dan akhirnya saya bahagia, dengan kegiatan ini, dan lebih bahagia lagi
ketika membaca tulisannya kembali
Tidak ada komentar:
Posting Komentar