Sabtu, 12 September 2015

Saya, Pak Anis Baswedan dan Reza Sebuah Pengalaman Yang Menginspirasi



Sebuah undangan warna putih bertuliskan "Lomba Cipta Seni Pelajar Tingkat Nasional Nasional 2015" saya terima satu hari sebelum acara penutupan itu digelar. Sebuah ajakan  untuk mengapresiasikan hasil karya anak bangsa khususnya pelajar, sayang kalau tidak dipenuhi dan tidak dihadiri.

Bersama dengan beberapa rekan guru, saya berangkat menuju Istana Kepresidenan Cipanas di mana acara itu di gelar. Kurang dari lima menit saya telah tiba. Beberapa tenda berhias dominan warna merah putih menyambut kami. Acara ini digelar memang dalam rangka memperingati 70 tahun Indonesia merdeka, dan tenda tenda yang ada, tempat di mana masing masing lomba cipta seni berlangsung.


Tenda tenda itu telah sepi, hanya beberapa tenda yang masih ada kegiatannya. Diantaranya tenda yang diisi sekelompok pelajar yang sedang memainkan alat musik sederhana. Beberapa tong besar dipadu dengan alat musik mengeluarkan irama yang begitu indah. Mengajak saya untuk menikmatinya sesaat dan duduk diantara pembina dan pelajar yang turut berlomba.


Sebuah tenda menarik perhatian saat saya menuju gedung utama acara penutupan akan digelar. Tenda yang penuh lukisan -lukisan. Sementara dua pelajar sedang asyik melukis. Satu diantaranya duduk di bawah dengan tampa kedua tangan. Jari -jari kakinya yang ternyata dari kakinya yang berukuran kecil dengan kuatnya mencengkeram kuas yang penuh dengan cat dan dengan lembut menyapukannya pada kanvas.Sebuah pemandangan yang memunculkan sebuah zikir, Allah Maha Besar, Maha Rahman dan Rahim NYA dibalik kekurangan hambaNYA DIA pun menyertakan KEKUATAN dan KELEBIHAN. Masya Allah.




Saya yang  tidak menahu tenrang seluk beluk lukisan, satu persatu menikmati hasil lukisannya. Dari lukisannya saya baca namanya Reza Dela. Seorang pelajar berkebutuhan khusus dari Sukanagara. Sebuah kecamatan di Cianjur Selatan.


Reza tidak sendiri.Dia ditemani dengan temannya yang juga berkebutuhan khusus. Kalau reza tidak memiliki kedua tangan dan sepasana kakinya kecil, lain lagi kondisi temannya yang badannya terlihat besar  Tuna Rungu. Tapi mereka sama sama menghasilkan sebuah lukisan yang hebat. Syahrul demikian namanya sekolah di SLB Cipanas dengan asyiknya menyapukan cat ke kanvas

"Justru saya yang harus berterima kasih kepada ibu, dua generasi telah menjadi guru" ujar Pak Anis Baswedan, saat saya mengucapkan terima kasih kepada beliau.Dua generasi yang dimaksud karena saat berbincang singkat dengan beliau saya ditemani piteri saya yang berprofesi juga guru.Ucapannya penuh kelembutan dan humanis. 


Saya bersyukur, telah berkesempatan berbincang dengan beliau walau singkat dan berfoto bersamanya. Saya yakin guru mana yang tidak senang dan bangga dapat berbincang dan berfoto bersama beliau. Kesempatan ini tidak saya sia  siakan saat saya melihat  rombongan pak Anis yang berjalan ke arah di mana saya berada. Saya menjadi kuat untuk ingin betbincang dengannya, ketika melihat keramahan beliau menanggapi semua pertanyaan sambil menyalami peserta lomba dan guru pembina yang ingin bersalaman dengan beliau. Alhamdulillah usaha saya untuk itu berhasil. Dan bagiam perbincangan dengan beliau saya tulis di atas. 

Sebuah pengalaman yang berharga sekaligus menguatkan saya kembali bahwa menjadi guru adalah panggilan hidup. Pantas saja panitia dalam undangannya sebagian ada dari guru. Karena memang acara ini begitu mengiinspirasi, termasuk saya yang juga seorang guru.