Sabtu, 30 Mei 2015

Sambutan Kepala LPMP Prop Jawa Barat Pada Penutupan Workshop RTL Implementasi PAMS BWI Bagi Kepala Sekolah dan Pengawas 26-29 Mei 2015



Workshop Rencana Tindak Lanjut Implementasi Program Akselerasi Mutu Sekolah (PAMS) BWI bagi Kepala Sekolah dan Pengawas yang dilaksanakan pada tanggal 26-29 Mei 2015 dan bertempat di Lembaga Penjamin Mutu Sekolah (LPMP) jalan Butu Jajar secara resmi ditutup oleh kepala LPMP Drs Totoh Santosa,MM. Dalam sambutan penutupannnya Drs Totoh Santosa,MM mengulas dan memaparkan bagaimana peran Sekolah dan kepala sekolah  yang ditunjuk LPMP  sebagai piloting sekolah PAMS BWI dalam hal ini kepala sekolah   mampu mewujudkan sekolah yang bermutu dan berwawasan internasional.

Kepala sekolah bersama pengawas binanya harus  memperlihatkan kualitas profesi dan menjadi spirit bagi kepala sekolah,guru,TU,Pengawas  yang ada di lingkungan sekitarnya. Sehingga sekolah tersebut memiliki nilai untuk selalu tidak puas dalam memajukan sekolahnya. Mental kepala sekolah maupun guru harus  selalu mencari yang berbeda dan merasa tidak puas. Selalu mencari dan mencari sebuah prestasi. Sekolah yang  tidak pernah dan tidak surut untuk selalu melakukan dan memberi semangat, spirit dan motivasi kepada guru saat guru melakukan tugasnya secara monoton yang akibatnya  timbul rasa jenuh pada siswa.

Kepala sekolah harus mampu bagaimana menjadikan sekolah sebagai tempat yang menyenangkan  sehingga siswa menjadi happy, senang dan betah di sekolah dan suasana ini  menjadi karakter mereka. Karena guru  dan kepala sekolah mereka  selalu memberikan pelayanan yang baik sehingga siswa akan berkata “Saya senang di sekolah “.




Sekolah dengan  misi PAMS BWI, berusaha  mencapai sekolah yang menjadi kebanggaan karena memiliki prestasi yang dapat dibanggakan. Untuk  hal tersebut Memang  memerlukan sebuah proses. Tetapi kita harus kesana.dan program ini sudah benar, tinggal hal-hal apa yang belum tercapai diusahan untuk tercapai. Sehingga mendekati sekolah berwawasan Internasional, setidaknya seperti yang diutarakan oleh Ramadani Chonseler kepala sekolah International School Of Batam yaitu, kepala sekolah bukan pemimpin yang ditakuti, dan otororiter, Hubungan antara guru dan kepala sekolah tidak ada jarak namun merupakan sebuah tim work yang solid dalam memajukan sekolah. Sebagai sebuah tim Work Kepala skolah harus mampu menggali ide dan gagasan dari guru.guru. Mereka ketika  diberi tugas harus yang relevan dengan tugasnya sebagai guru. Kemudian kepala sekolah melindungi guru sebaliknya kepala sekolah dilindungi dan dicintai guru guru,dan selalu intropemsi  intropeksi apa yang sudah dan belum dicapai?.

Sekolah berwawasan internasional bukan berarti sekolah yang  setiap guru mengajar harus dengan pengantar berbahasa Inggris sehingga terjadi kesalahan dalam memahami pelajaran karena tidak paham bahasa Inggris yang akibatnya terjadi kesalahan konsep.  seperti halnya yang pernah terjadi pada sekolah rintisan bertarap Internasional(RSBI) , tetapi minimal siswa mampu berkomunikasi berbahasa Inggris, sehingga ada suasana yang berbeda suasana  sekolah berwawasan Internasional

Kondisi tersebut  dapat  dicapai dengan memberdayakan guru ataupun siswa yang pandai berkomunikasi dalam  bahasa tersebut untuk melatihnya  .atau dari masyarakat. Namun  dalam proses tidak seperti pelajaran bahasa Inggris di kelas. Untuk itu kepala sekolah harus mampu  berinovasi, mencari strateginya jangan mengajarkan guru, ataupun siswa seperti belajar bahasa inggris di kelas. Untuk itu perlu dipikirkan strategi lain sehingga siswa mampun guru menjadi senang ketika berlatih berkomunikasi dalam bahasa Inggris.

Selanjut  Kepala LPMP Propinsi Jawa Barat juga menyinggung mengenai bagaimana seharunya sekolah tidak hanya sebatas mengajarkan Matematika, IPA dan pelajaran lainnnya, tetapi juga  mengembangkan potensi yang diperlukan anak di masyarakat saat mereka lulus.  Keterampilan dan Pengetahuan harus dipersiapkan, untuk Desainnnya  sekolah dan guru,mau dibawa kemana mereka. Keterampilan,pengetahuan membantu siswa  dalam melangsungkan kehidupan sehingga akan muncul kreativitas Gurukarena bukan  hanya metari pokok saja tetapi bagaimana mengajarkan bagaimana siswa menjadi seorang pemimpin, tehnokrat dan lainnnya. Ini semua perlu persiapan. Sedangkan  selama ini pendidikan Indonesia seperti tidak tahu arahnya mau dibawake mana. Asal siswa sekolah.sedangkan Negara lain mereka sejak dini sudah tahu anak atau siswa mau jadi apa?mau menjadi seniman,tehnokrat,atau lainnnya

Sekolah  seharusnya sudah mengetahui diarahkan kemana mereka   sejak SMP kelas dua kemudian direkomendasikan   kepada orang tua kemana arah anaknya. Sehingga siswa sudah tahu mau jadi apa. Oleh karena itu Negara yang sudah tahu arah siswanya mau jadi apa tidak pernah miskin akan para ahli di bidangnya.dan tidak ada yang tidak bekerja. Karena sejak di bangku sekolah,  sekolah sudah mengarahkan siswa kemampuannnya walau ada perbedaan kecerdasan.

Jangan kan untuk tingkat Sekolah Menengah pertama.Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) pun tidak jelas arahnya.Padahal sekolah kejuruan seyogyanya setelah selesai mereka siap pakai. Bukan untuk melanjutkan.tetapi kenyataannnya SMA maupun SMK  saat ini sama saja saat masuk perguruan tinggi sama sama mmiliki peluang . Dan ini belum terjawab di dunia pendidikan Indonesia

Sekolah yang menjadi piloting PAMS BWI hendaknya mampu mengarahkan dan merekomendasikan  anak itu mampu menjadi apa? Mengapa tidak. Seperti contoh Orang tua menginnginkan anaknya menjadi tehnokrat. Tetapi kepala sekolah merekomendasikannya sebuah  propesi di bidang yang bukan keinginan orang tua tetapi berdasarkan kemampuan siswa tersebut.

Hal itulah maka,menjadi tanggung jawab kepala sekolah untuk memberikan pemahaman kepada  orangtua menyadari bahwa orang tua harus mengetahui perkembangan anaknya.sudah memiliki kemampuan apa agar tidak hanya sebatas menyekolahkan siswadan menyerahkan ke guru.karena yang orang tua harus menanyakan perkembangan anaknya. Arahan ke masyarakat itu peran siapa? Agar masyarakat kritis. Akhirnya dunia pendidikan diawasi oleh semua lapisan masyarakat.

Yang penting menyiapkan arah belum paham benar tentang pendidikan.contoh oaring tua memasukan ke TK hanya untuk menitipkan padahal sekolah TK untuk pembentukan perkembangan anak yang harus dicapai baik kecerdasan emosi,keterampilan danlainnnya. Adateorinya dan itu harus dipahami orang tuamnya. Namun yang terjadiyang penting menyekolahkan. Saat SD,SMP adasebahagian orang tua yang menitipkan 100% anakkepadagurunya.

Disinilah peran kepala sekolah menyampaikan bagaimana orangtua menyadari,  bahwa orang tua harus mengetahui perkembangan anaknya.sudah memiliki kemampuan apa,  agar tidak hanya sebatas menyekolahkan siswa dan menyerahkan ke guru,tetapi  orang tua harus menanyakan perkembangan anaknya. Di sinilah peran kepala sekolah memberi   Arahan ke masyarakat  Agar masyarakat kritis. Akhirnya dunia pendidikan diawasi oleh semua lapisan masyarakat.dan tak kalah penting dari itu semua kepala sekolah harus mampu mendengarkan rintihan mereka,rintihan guru. sehingga akan muncul tim work yang yang solid akan memunculkan sebuah kreatifitas dari guru seperti apa yang dituturkan diatas. yang dampaknya akan mampu mengarahkan kemana profesi  anak akan menuju. 

Jumat, 29 Mei 2015

Worksop Rencana Tindak Lanjut Implementasi PAMS bersama LPMP



Alhamdulillah Jum'at 29 Mei 2015, Workshop Rencana Tindak Lanjut Implementasi  Pogram Akselerasi  Mutu Sekolah (PAMS) BWI  telah masuki hari terakhir. Workshop yang dimulai dari  tanggal 26 Mei 2015 ini dan berakhir tanggal 29 Juni di buka langsung oleh ketua LPMP Prop Jawa Barat Bapak  Drs Totoh Santosa MM. Seperti PAMS tahun lalu,tahun inipun diikuti oleh enam SMP di kabupaten Cianjur dan dua dari kabupaten Banjar. Enam SMP di  kabupaten Cianjur  diantaranya SMPN 1 Cugenang,SMPN  3 Cugenang, SMPN 3 Caianjur, SMPN 2 Cipanas,SMPN 1 Cipanas dan  satu dari dari swasta  yaitu SMP Al Azhar. Sedangkan dari kabupaten Banjar ada SMPN 1 dan 2 Banjar.

Hari pertama Workshop, materinya  orientasi  kegiatan PAMS Overvie PKG/PKB dan Pengelolaan Dana Bos. Khusus  Oviervie PKG/PKB  metode yang digunakan diskusi  dengan Widyawara merupakan sebuah tim. Peserta yang terdiri dari pengawas, kepala sekolah dan Widyawara dibagi beberapa kelompok  untuk mendiskusikan tentang beberapa pertanyaan yang berkaitan seputar  Program Keprofesional  Berkelanjutan dan Penilaian Kinerja guru kemudian pak Ridwan Jamil menutup hari  pertama dengan  membahas sekitar pengelolaan BOS yang banyak mengundang pertanyaan dari  peserta  yang notabenenya kepala sekolah dan Pengawas.


output hasil revieu PKB/PKG


Bu Ramdani memaparkan pengalamannya 

Ada yang menarik dari sesi  ini ada beberapa kalimat yang menginspirasi  yang keluar dari pak Ridwan Jamil yaitu “Jangan ada Dusta diantara kita,dan  lakukan perubahan sekecil  apapun dengan  meanalogikan cerita Bintang Laut.

Hari ke dua Workshop diawali mendengarkan sharing dari  pengawas SMPN 1 Cipanas yang juga merupakan koordinasi Pengawas Kabupaten Cianjur yaitu bapak Drs Dadang Setiawan,M.Pd seputar Rencana Kegiatan Sekolah (RKS) yang kemudian dilanjutkan oleh TIM widyawaraLPMP yang terdiri dari DR Reni, AdeSunawan M.Pd,dan Rini  membahas tentang PKB dan PKB dari mulai test Formatif PKG,Evadir, EDS dengan tugas lanjutan pembuatan Program PKB. Program PKB yang merupakan tindakan layanan terhadap guru yang ditemukan dari evader,EDS dan test Formatif. Kalau tahap tahap  tersebut dilaksanakan sesuai  dengan keadaan nyata tentunya akan berpengaruh besar terhadap peningkatan mutu guru itu sendiri.Sayangnya banyak diantara guru yang mengisinya dan melaksanakannnya hanya sekedarnya saja. Contohnya EDS banyak yang mengisi asal mengisi sehingga tidak jelas benar di mana kelemahan dan kekuatan guru tersebut yang  akibatnya tentunya kesalahan dalam penanganannya. Lebih celaka lagi kalau hanya untuk sekedar memenuhi administrasi saja.
peserta Workshop bersama  bu Ramdani 


Penulis yang mewakili Kepala Sekolah,  bersama pengawas dan Kasubag Kepegawaian


Bu Ramdani yang mengisi hari ketiga Workshop tidak banyak sharing baru yang dipaparkan. Paparan beliau sama saat peserta workshop  berkunjung ke Batam dalam acara PAMS yaitu SHORT COURSE OF BATAM pada 23 Oktober 2014 yaitu seputar apa,bagaimana Internasional School of Batam. Yang baru mungkin saat beliau memaparkan bahwa ada dampak dari tragedi kejadian Jakarta Internasional  School yang menghebohkan terhadap sekolahnya, yaitu perubahan nama dari International  School Of Batam menjadi The Independent School of Batam. Namun walau begitu,ada hal yang menarik saat beliau menyinggung Kurikulum 13. Beliau berpendapat tidak semua pelajaran bisa ditematikan. Apalagi bahasa, nanti Amburadul, siswa tetap harus belajar tata bahasa lebih dulu. 

Walau materinya bukan hal yang baru,  tetap bu Dani panggilan akrab bu Ramdani selalu menginspirasi dan mengingatkan peserta workshop bahwa keiklasan dalam mendidik tetap nomor satu, dan Attitude diutamakan. Sebab kalau attitude siswa sudah baik siswa akan mudah untuk diberi pengetahuan dan tugas apapun akan dilaksanakan dengan baik.

Setelah sesi bu Dani,dilanjutkan dengan presentasi tugas mengenai format 3 dari program PKB dan analis hasil EDS yang kemudian dijadikan untuk mendeskripsikan profil mutu sekolah sebagai rujukan untuk pembuatan RKS/RKJM. Untuk sesi ini SMPN 1 Cugenang bersama pengawasnya menjadi perwakilan dari peserta PAMS Kabupaten Cianjur. Sedangkan Kabupaten Banjar diwakili oleh SMPN 2 Banjar yang tentunya didampingi oleh pengawas binanya.

sesaat sebelum workshop hari ke dua dimulai

Untuk hari terakhir Jum'at ini, rencananya akan membahas Rencana Tindak Lanjut dari RTL sebelumnya yaitu saat sosialisasi PAMS, apakah sudah terlaksana atau belum dan dilanjutkan dengan penutupan Workshop yang rencananya akan ditutup oleh Drs Totoh Santosa, MM kepala LPMP Propinsi JawaBarat yang sekarang ini dibawah Disdasmen.