Jumat, 03 Januari 2014

KISAH LAIN DI BALIK TWC3




Betapa kagetnya saya saat mengeluarkan baju baju kotor oleh oleh dari TWC 3 yang akan saya masukan kedalam mesin cuci. Ada sepasang baju saya yang tidak terbawa.
"Yaaah " keluh saya. Balik ? oh No  hari gini balik, ?,  ke Jakarta lagi. terbayang kemacetan total Puncak -Jkarta menghadapi tahun baru. Tapi ......baju itu, baju itu saya sangat suka, baju dengan dasar coklat dipadu dengan warna hitam, bahannnya ringan tapi tidak membawa kesan saya kurus. " Ah ....sudahlah iklaskan saja " kata saya menghibur diri. Namun ...sebentar saya usaha dulu, ya saya ingat seseorang  Om Jay, ya Om jay, saya akan minta kepadanya nomor telp Wisma UNJ, pasti dia tahu. dan tidak menunggu lama sms balasan dari Om jay yang berisi nomor telpon Wisma. UNJ


Kamar  penginapan Wisma UNJ sederhana, namun bersih, dan terasa Wellcome



Belum niat saya terlaksana  menghubungi Wisma UNJ untk menanyakan baju, dan kalau ada nanti keponakan yang di Jakarta mengambilnya, Hp saya memberitahukan kalau ada sms masuk
" Bu, ibu ketinggalan baju di lemari gantung ga? kemarin setelah ibu pulang lia pas buka lemari nemu baju warna coklat bunga bunga hitam, apa itu milik ibu?"  bunyi sms Bu Dahlia rekan   sekamarku dan juga panitia TWC3 dan menghadirkan sebuah harapan.
" Terus bagaimana nasibnya bu Lia "
"Bajunya ada di Lia, nanti Lia kirimkan ke ibu,, alamatnya sms aja ya bu ? ibu udah pulang ke Cianjur blm " bunyi smsnya lagi. Bu Lia tahu kalau saya begitu selesai TWC3 tidak langsung pulang tapi mampir dulu ke Cempaka Putih tempat kakak.

" Alhamdulilllah , masih milik " kata saya sambil mengetik alamat dan dikirimkan ke Bu Lia.sementara kenangan saya kembali ke TWC3
Bu Lia, dia adalah peserta wanita  pertama ( Eh Ternyata dia panitia ) yang saya temui  sesudah Om jay. Karena kamar penginapan saya di bawah, dan sendiri pula saya memutuskan untuk pindah ke atas. Usianya masih muda jauuuuuuh di banding saya. namun ternyata kami bisa sharing dan bukan itu saja bersama dengan Bu Etna, dan bu Lilis kami seperti  sudjh lama saling kenal. tidak ada kekakuan melanda kami padahal baru saja bertemu. kecuali bu Lilis dengan Bu Lia mereka peserta setia. Tawa kami memenuhi ruangan. apalagi saat kami mau memfoto Bu Etna yang sedang tekun membuat postingan. Kami seperti ada yang menggerakkan, sama sama mengambil fotonya sementara tawa tak bisa kami bendung. Kami tertawa  bersama
.
Lamunan saya terhenti, dan saya baca ulang sms yang dikirim  bu Lia semetara itu sebuah kalimat lirih seakan ingin terucap , TERIMA KASIH BU LIA, TERIMA KASIH PANITIA TWC 3, walau dua hari, namun kenangan itu tak akan bisa terhapus dua hari, mungkin selama kan ada, ada di sini, di sudut ruang  di mana hati bisa merasakan. SELAMANYA .


KENANGAN TWC HARI KE DUA PART 2




Masih saya akan bercerita tentang twc3 di hari kedua, yang pada postingan sebelumnya belum selesai, karena banyak yang ingin saya ceritakan maka untuk hari kedua saya bagi dua postingan. Tetap dengan judul yang sama KENANGAnD DUNIA PENDIDIKAN ADALAH PANGGILAN HIDUP SAYA, itulah salah satu data yang melengkapi kurikulum vitae Agus Sampurno yang memiliki blog GURU KREATIF itu

. Dia masih muda jauh di bawah saya. Tapi pengalaman dan Kreatifitasnya di dunia pendidikan sangat jauh melebihi saya tentunya. Dan saya bersyukur bisa mendapat ilmunya darinya. Ilmu tentang Kreatifitas.
Pak Agus memulai sesinya dengan tehnik BINGO. Pesrta diberi selembar kertas dan kemudian diperintahkan untuk melipatnya sehingga membentuk Sembilan kotak. Tugas peserta adalah untuk mendapatkan tanda tangan di setiap kotaknya dari peserta lainnnya sesuai dengan kriteria yang terpampang di depan melalui tayangan in focus. Siapa yang lebih dulu penuh dengan tanda tangan dia berteriak BINGO dan mendapatkan hadiah. Sesi ini menarik, karena kami peserta memiliki kesempatan untuk bertanya dan berkomunikasi.

Selanjutnya, MEREKA GURU HEBAT , itulah kesan saya terhadap peserta twc3 saat pak Agus menayangkan buku cerita anak anak dengan be lingual, kami peserta di minta membaca beberapa kalimat secara bergantian, dan suara mereka…….Subhanallah demikian indah dan enak didengar. Intonasi dan iramanya sungguh indah terasa. Tak bosan saya mendengarkannnya. Malah penasaran untuk menunggu peserta lainnnya membacakan. Apakah karena mereka senang menulis sehingga mengantarkan mereka begitu menjiwai ? Entahlah…

Pak Agus dilanjutkan oleh Pak Dedi dalam materi CREATIVE WRITING. Karena hari sudah semakin sore apakah para peserta khusunya saya sudah jenuh dan tak bergairah? TIDAK itulah kehebatan TWC 3 mampu membuat focus kami tetap konstan dari jam ke jam,dari acara ke acara lainnnya. Pak Dedi dengan kesan gaulnya memulai presentasinya dengan menunjukan gambar ikan Sapu sapu dengan ikan Arwana. Nah kita mau seperti ikan sapu sapu atau ikan arwana? Tentu ikan arwana.

 Dan dia memberikan sebuah contoh Om jay yang saat itu duduk di belakang kursi peserta. Selanjutnya dia kemukakan bagaimana trik triknya dan sempat saya catat diantaranya
a. Sediakan waktu mengembangkan diri salah satunya dengan menulis, jangan semua untuk sekolah
b. Kerjakan Hobby dalam hal ini menulis tentunya
c. Publish apa yang kita tulis
d. Bentuk Networking
e. Ulangi lagi
f. Nikmati Hasilnya

Kalau itu semua dilakukan maka kita sebagai guru punya sebuah karya yang di sebut dengan berkelakar oleh pak Dedi “ guru punya sesuatu bo”
Twc3 hari ke dua ditutup oleh info dari team dompet Dhuapa dan memberikan sebuah buku dan sebuah Jurnal pada para peserta. Lengkap sudah kalau tw 3 banjir hadiah setiap sesi ada tiga sampai lima buku dihadiahkan kepada peserta. Entah berapa puluh buku yang dihadiahkan kepada peserta, sebuah trik yang cantik dari panitia.

KENANGAN TWC3 DI HARI KEDUA PART 1




Apakah hari kedua penuh dengan kejutan dan penuh dengan Inspiratif sama halnya dengan twc hari pertama?, itulah pertanyaan yang menggayuti saya ketika masuk ruangan pelatihan. Namun belum juga saya duduk, pertanyaan itu mulai ada jawabannya saat saya melihat narasumber Sutanto Windura yang akan memberikan materi tentang SPEED READING DAN MEMORY MANAGEMENT .sudah mulai mempersiapkan segala sesuatunya padahal, ketika saya melihat ke tempat di mana peserta duduk baru, beberapa peserta yang hadir. Sebuah kesan menjanjikan tentang sebuah propesionalisme diperlihatkan olehnya , itu baru kesan pertama saya selanjutnya ?

Oh ternyata kesan pertama saya ternyata tidak salah, dengan begitu energiknya beliau seperti menghipnotis saya ( saya kira peserta lainnnya juga sama) apalagi saat beliau mendemokan cara mudah menghapal yang diawali dengan meminta kepada peserta untuk menyebutkan sejumlah kosa kota yang oleh panitia kosa kata kami itu ditayangkan melalui in focus . sejumalh 20 kosa kata terpampang, kemudian kami diminta untuk mentest kapada beliau untuk menyebutkan kosa kata kami tersebut dengan kami menyebutkan nomornya dan beliau menyebutkan kosa kata yang tentunya tampa melihatnya.

Dan apa yang terjadi ? tepuk tangan memenuhi ruangan, rasa ingin tahu dari peserta tentang bagaimana caranya hingga beliau bisa menghapal dengan begitu cepat. Dan akhirnya tepuk tangan dengan riuhnya kembali membahana di ruangan twc3 saat kami peserta bisa juga seperti beliau menyebutkan kosa kata dengan tepat. Ah sebuah oleh oleh begitu berharga yang akan saya berikan untuk anak dan peserta didik saya, guman saya dalaam hati

Demo yang diterapkan pak Sutanto Windura itu untuk mengingatkan kami bahwa sebagai pendidik harus kita garis bawahi bahwa siswa itu JENIUS namun kejeniusan itu mengalami blok sehingga guru mengembalikan lagi kejeniusan mereka. Diantaranya Melalui sebuah REVOLUSI BELAJAR dan REVOLUSI BERPIKIR. Yang terkadang guru lupa membimbim HOW-TO-LEARN, dan HOW-TO-THINK hanya sekedar WHAT-TO-LEARN, dan WHAT-TO-THINK saja, demikian beliau sampaikan dan saat mendengar itu pikiran saya mengembara pada Bobby de Porter yang mengatakan bahwa kalau anak disuruh belajar tetapi kita sebagai guru tidak mengajarkan bagaimana cara belajar yang baik, seperti anak disuruh berenang tetapi tidak diajarkan berenang. Sebuah motivasi muncul kembali bersamaan munculnya bayangan mereka anak didik saya.

Sesi selanjutnya, ini juga tetap tidak menurunkan gairah saya mengikuti twc3, yaitu pak Thamrin dan pak Alpiyanto yang mengulas tentang TEHNIK MENERBITKAN BUKU SENDIRI. “ Buat saja lima atau sepuluh dulu, kemudian share di facebook” demikian kata salah satu dari mereka, namun saya lupa siapa yang mengucapkannnya. Yang jelas, saat diucapkan itu bayangan saya mengembara ke beberapa tulisan saya, yang saya Prin sendiri, saya jilid sendiri dan saya baca sendiri.untuk diterbitkan ? tidak  ada keberanian, namun itu juga sudah membawa saya bahagia

SEBUAH KENANGAN DI HARI PERTAMA TWC 3





Jujur saja saat saat memutuskan untuk mengikuti twc 3 (teacher writing camp 3) terdorong karena pertema saya ingin berkenalan dengan Om Jay yang di juluki guru paling ngeblog. Kedua ingin jumpa dengan mba Dita yang salah satu tulisan di blognya tentang surat untuk guru sejarahnya sangat saya sukai. dan ketiga SAYA INGIN JUMPA DENGAN PENGARANG BUKU 5 MENARA yang best seller itu.

Namun ketika tiba hari H nya saya dibuat penasaran, saat saya membaca rancangan susunan acaranya. SEBUAH SUSUNAN ACARA yang menjanjikan pikir saya. Ada motivasi menulis di media, ada motivasi menulis cerita fiksi, ada sharing pengalaman menulis di media dari kompasiana, praktek menulis opini film , Speed Reading dan Memory Management, Tehnik menerbitkan bku sendiri,serta creative Writing. dan Pelaksanaannnya apakah sekeren dengan di acara? itulah pertanyaan saya ketika saya masuki ruang pelatihan yang disambut dengan guyonan om Jay yang intinya kalau kita duduk di depan itu bisa mempengaruhis ebuah prestasi. (Maaf om kalau saya salah mengartikan)

Bu Etna Merubah Minder menjadi Motivasi



Kuhapus dan kuhapus lagi ketikan di laptopku. Semua kata yang kurangkai terasa seperti semuanya SALAH. Akhirnya yang ada,  fileku kosong tak ada satu hurufpun. Kulirik Bu Etna   peserta TWC  dari Surabaya yang ada di sebelah tempat tidurku . Dengan asyiiknya dia menulis. 

“ Saya ingin menulis Cerpen “ ujarnya berulang ulang. Ah tiba tiba saja terasa ideku muncul.
“ Menulis, menulis, menulis” kata kata pak Sukani tadi pagi saat perentasi di TWC 3 ternging ngiang kembali ditelingaku yang bergantian dengan kata kata Bu Mugi ‘ Menulislah dari yang kecil dan biasa karena dari yang biasa mungkin bagi orang jadi luar biasa” .

 Dua orang yang aku sebut terakhir adalah pemenang guraru yang menjadi nara sumber dalam Techer Writing Camp 3. Ya mengapa aku harus mencari ide jauh jauh didekatku ide itu begitu tampak jelas. Walaupun mungkin tulisanku seperti catatan harian, namun bukankah A. Fuadi pengarang novel 5 Menara memulai karirnya menulis diawali dari catatan harian ? ya aku mulai menulis dari sini.