Jumat, 03 Januari 2014

Bu Etna Merubah Minder menjadi Motivasi



Kuhapus dan kuhapus lagi ketikan di laptopku. Semua kata yang kurangkai terasa seperti semuanya SALAH. Akhirnya yang ada,  fileku kosong tak ada satu hurufpun. Kulirik Bu Etna   peserta TWC  dari Surabaya yang ada di sebelah tempat tidurku . Dengan asyiiknya dia menulis. 

“ Saya ingin menulis Cerpen “ ujarnya berulang ulang. Ah tiba tiba saja terasa ideku muncul.
“ Menulis, menulis, menulis” kata kata pak Sukani tadi pagi saat perentasi di TWC 3 ternging ngiang kembali ditelingaku yang bergantian dengan kata kata Bu Mugi ‘ Menulislah dari yang kecil dan biasa karena dari yang biasa mungkin bagi orang jadi luar biasa” .

 Dua orang yang aku sebut terakhir adalah pemenang guraru yang menjadi nara sumber dalam Techer Writing Camp 3. Ya mengapa aku harus mencari ide jauh jauh didekatku ide itu begitu tampak jelas. Walaupun mungkin tulisanku seperti catatan harian, namun bukankah A. Fuadi pengarang novel 5 Menara memulai karirnya menulis diawali dari catatan harian ? ya aku mulai menulis dari sini.

Bu Etna, terima kasih , ibu telah mencairkan kebuntuanku untuk memilih kata untuk kujadikan sebuah tulisan. Melihat ibu menulis dengan antengnya di tempat kita punya kamar penginapan pada TWC INI, rasa minder yang SEJAK AWAL KEDATANGAN DI Wisma UNJ berangsur berganti dengan sebuah energy. Ya kalau kata A. Fuadi sebelum kita menulis mulailah dengan WHY. Karena Why ini menjadi sebuah energy kita untuk menulis. Mengapa kita menulis? 

Kembai kuamati bu Etna, tulisannnya sudah begitu amat panjang, Entah apa yang ditulisnya.
 “ Saya Ingin bisa menulis cerpen di hari hari pensiun saya” kata katanya  kembali ternging ditelinga saya dan mengapa aku harus minder dengan usiaku yang hanya baru diatas sekian dari lima puluh, sedangkan dia ? jauh melebihi dimana aku punya usia. Bukankah tulisan itu menembus ruang dan waktu? Tak kenal usia muda ataupun tua? Karena menulis adalah lahan seninya hati. ya aku jadi ingat aku pernah menulis tentang kegalauan akan usiaku berkenaan dengan kesenangan aku punya hobby menulis

“ apakah pantas seorang wanita usia 51 masih sibuk dengan menulis di facebook atau di blog? Yang seharusnya sudah mulai mempersiapkan diri bagaimana menjadi manusia yang selallu beribadah kepada-NYA?
Dengan pertanyaan itu bukannnya saya menjadi berhenti menulis, namun pertanyaan itu menjadi teguran setiap saya menulis untuk berhubungan dengan Sang Khalik lebih baik lagi, dan masalah menulis agar tidak menjadi perbuatan yang sia sia, saya luruskan niat,  semoga tulisan tulisan  yang sangat sederhana ini bisa menginspirasi orang lain. Minimal anak dan siswa-siswa. Semoga Alllah mengampuni kesalahan kesalahan saya
Saya yakin keinginan untuk menulis adalah anugerah yang diberikan Allah dan itu harus disyukuri, caranya dengan menulis sesuatu yang tidak keluar dari koridor nilai-nilai terutama nilai agama.  Bahan yang saya tulis adalah yang akrab dengan saya yaitu keluarga ataupun siswa siswa yang saya ajar. Merekalah inspirasi dan  ladang ide saya. Dan akhirnya saya bahagia, dengan kegiatan ini, dan lebih bahagia lagi ketika  membaca tulisannya kembali

Dan pertanyaan itu kini terjawab sudah, melalui Pelatihan TWC 3, baik melalui nara sumber yang secara tersirat, maupun melalui Bu Egna teman sekamarku bahwa Usia tua tidak menjadikan tabu untuk menulis, karena menulis menembus ruang dan waktu

Tidak ada komentar:

Posting Komentar