Senin, 27 April 2015

Cerita Lain di Balik Seminar Nasional TIK/KKPI





Menembus dinginnya pagi bersama anak saya,tujuan Kementrian Pendidikan dan Kebudayan untuk menghadiri Seminar "URGENSI MAPEL TIK & KKPI DALAM KURIKULUM GANDA" sekaligus untuk menerima hadiah Tantangan Ngeblog dari KSGN.Walaupun dari Depok di mana anak saya kost, namun pukul 05.00 saya berangkat.Lebih baik menunggu dari pada terlambat.




Sekitar pukul  05.45 mobil yang membawa saya menembus dinginya  jalan Rasuna Said.Jalan yang sudah hampir sekitar 29 tahun tidak saya lalui.Dulu bersama teman teman kuliah IKIP Jakarta (UNJ sekarang) sering  melalui jalan ini  bila akan mencari buku ke Perpustakaan Kuningan Jakarta. Banyak perubahan besar yang terlihat. Seperti layaknya Kabayan Masuk Kota, saya secara bergantian menengok ke kanan ke kiri jalan dari kaca mobil.dan seperti mengerti kalau mamanya perlu keterangan anak saya menceritakan situasi sambil perlahan mengemudikan mobil.

Ternyata sudah banyak peserta yang tiba saat mobil yang membawa saya memasuki pelataran halaman KEMENDIKBUD.
"Mereka pasti dari jauh". Kata saya kepada anak saya yang berjalan di samping.Dua diantara mereka saya dekati.Ternyata dugaan saya benar, mereka dari Cirebon.Jauh jauh dari Cirebon untuk mengikuti seminar tentu sebagai wujud turut mendukung TIK kembali menjadi mata pelajaran. 

Mata saya menangkap seseorang yang tidak asing di dunia maya.
" Itu pasti pak Iwan Soemantri " teman di dunia maya yang juga sama seperti saya pemenang tantangan KSGN.Apa yang saya pikirkan ternyata sama. Dia juga melihat kearah di mana saya berada.Pak Iwan dan saya sama sama menghampiri. "Ini bu Atjih?". Tanyanya.Kami memang baru bertemu.di dunia nyata. Dia membawa serta adik dan dua anaknya.Kami saling memperkenalkan keluarga masing masing dan berksempatan berfoto, sebuah silahturahmi terjalin yang awalnya dari dunia maya.Dan saya berharap akan bertemu dengan lainnnya di acara seminar ini.


Saat akan memasuki aula seminar,  dari arah pintu gerbang saya melihat seseorang lagi yang tak asing.Dengan gayanya khas dan peci selalu dikepalanya."Om Jay". Saya hampiri beliau saat akan memasuki pintu gedung A di mana seminar akan berlangsung. Alhamdulillah dia mengenali saya. Ini pertemuan kali kedua saya dengan beliau. Pertemuan pertama saat TWC 3. Masih seperti Om Jay yang dulu. Yang ramah dan penuh keakraban. Tidak ada kecanggungan. Seperti memang kita teman lama layaknya.

Saya sodorkan buku yang berisi tulisan khusus saya dalam mengikuti tantangan KSGN. Dari rumah memang saya berencana untuk meminta tanda tangan beliau dan pak Mentri eh salah Mas Mentri. Namun dari jawaban Om Jay tersirat bahwa beliau seperti meragukan kedatangan Pak Anis karena berbarengan dengan acara KAA berdasarkan perkembangan yang ada. Jujur saja ada sedikit rasa kecewa hadir di sudut hati, namun apa mau dikata, ada kepentingan yang lebih besar demi bangsa yang harus dilaksanakan pak Anis.

Kekecewaan saya terobati,  mungkin juga peserta lainnya dengan ketidakhadiran Pak Anis. Saat saya tahu ada bu Retno Listyarti yang akan menjadi nara sumber sesi pertama. Orang yang pada minggu minggu ini menjadi sumber berita di media sosial.

Kekaguman saya terhadapnya mulai muncul saat moderator membacakan kurikulum vitenya. Ternyata beliau lahir tahun 1970, berarti masih muda dibanding saya. Namun beliau sudah begitu gemilang karirnya wanita lagi. Kekaguman saya mulai bertambah saat beliau memaparkan presentasinya. Sebuah presentasi yang merupakan paduan antara penguasaan materi, sesuai dengan kehidupan nyata(CTL) dengan penyampaian yang lugas dan sederhana lahir dari hati. Yang mengundang aplaus dari peserta seminar termasuk saya tentunya.

Ketika diskusi sesi ke dua berjalan setengah, Saya melihat jam yang tertera di tabe. 13.30. Belum sholat dhuhur.Saya keluar ruangan untuk sholat. Entah saya kurang paham,  mengapa panitia tidak memberikan waktu untuk sholat. Dan saat saya masuk lagi,  acara diskusi sesi ke dua memasuki tahap tanggapan dari peserta seminar. Khusus untuk sesi ini rasanya bu Dewi paham betul persoalannya. Sayang saya tidak sempat untuk berkenalan.

Subhanallah, luar biasa pengorbanan dan perjuangan guru TIK dalam mengembalikan mata pelajaran yang diampunya kedalam struktur kurikulum. Betapa tidak, mereka ada yang datang dari Sulawesi, Kalimantan, Sumatera, dan Nusatenggara, pulau jawa tentunya. Untuk satu tujuan yang sama. " Mata pelajaran TIK  /KKPI" kembali menjadi keilmuan dan diajarkan di sekolah bukan hanya tools " Semoga perjuangan mereka tidak sia sia. Mengapa saya mengatakan mereka, karena saya bukan berlatar belakang guru TIK, tetapi saya turut mendukung dan respek terhadap perjuangan mereka, semoga berhasil. Aamiin






4 komentar:

  1. Omjay salut sama bu Ajthih yang tdk pernah berhenti untuk belajar. Selamat ya bunda, dan teruslah menginspirasi kami.

    BalasHapus
  2. Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.

    BalasHapus
  3. Memang benar komputer itu adalah alat (tools). Namun, apakah alat itu tercipta begitu saja tanpa ada yang menciptakannya? Bagaimana cara menciptakan alat (komputer dan aplikasi-aplikasinya) tersebut? Butuh ilmu untuk itu dan ilmu untuk itu memang harus dipelajari. Dimana dipelajarinya? Di kelas tentu salah satu jawabannya.

    Salam persahabatan.
    www.e-kelas.com | media belajar jarak jauh.

    BalasHapus
  4. Memang benar komputer itu adalah alat (tools). Namun, apakah alat itu tercipta begitu saja tanpa ada yang menciptakannya? Bagaimana cara menciptakan alat (komputer dan aplikasi-aplikasinya) tersebut? Butuh ilmu untuk itu dan ilmu untuk itu memang harus dipelajari. Dimana dipelajarinya? Di kelas tentu salah satu jawabannya.

    Salam persahabatan.
    www.e-kelas.com | media belajar jarak jauh.

    BalasHapus